Hakikat Hijrah Yaitu Hijrah Dari Maksiat Pada Allah Kepada Menta'atiNya...Ingatlah, Bahwa Maksiat Yang Paling Besar Adalah Syirik, Dan Keta'atan Yang Paling Agung adalah Bertauhid Pada Allah 'Azza Wajalla...Maka Oleh Karena Itu Bertauhidlah Kepada Allah Semata Dan Jauhilah Segala Bentuk Kesyirikan DAURAH QUBRA SEPUTAR 143 Permasalahan Puasa Dan I'tikaf Kontak Person: 085237021944

Jadwal Shalat

Radio Jihad On Line Perhatikan Waktu Shalatmu Saudaraku...Jika Waktu Shalat Tiba, Cari masjid Yang Terdekat Dengan Anda..Tunaikan Segera dan Jangan Di Tunda-tunda!!!

Sabtu, 19 September 2015

Berapa Kali Khutbah Sholat ‘Id, Satu Kali Atau Dua Kali?

Berapa Kali Khutbah Sholat ‘Id, Satu Kali Atau Dua Kali?
Disini ada perbedaan pendapat para ulama, ada yang mengatakan satu kali([1]) dan ada yang mengatakan dua kali, dan inilah yang rojih wallahu a’lam ([2]).
Pertama: yang mengatakan satu kali, mereka berdalil dengan hadits:
وَحَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَمُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ قَالَ ابْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِى عَطَاءٌ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَامَ يَوْمَ الْفِطْرِ فَصَلَّى فَبَدَأَ بِالصَّلاَةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ ثُمَّ خَطَبَ النَّاسَ فَلَمَّا فَرَغَ نَبِىُّ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَزَلَ وَأَتَى النِّسَاءَ فَذَكَّرَهُنَّ وَهُوَ يَتَوَكَّأُ عَلَى يَدِ بِلاَلٍ
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- berdiri pada hari idul fithr lalu mengerjakan shalat, beliau memulai dengan shalat sebelum khutbah, kemudian setelah itu baru beliau berkhutbah. Setelah Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- selesai berkhutbah, beliau turun dan mendatangi para wanita, lalu beliau memberikan peringatan kepada mereka sementara beliau bersandar pada tangan Bilal.” (HR. Muslim no. 885)
Istifadah:
Hadits ini menjelaskan bahwa sunnah hukumnya bagi khotib untuk memberikan tausiah khusus untuk para ummahat dan akhwat. Dikarenakan hal inilah yang dicontohkan oleh oleh Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadis ini.
Dan ini bukan berarti dinamakan khutbah yang kedua. Karena boleh langsung disampaikan didepan jama’ah setelah selesai khutbah ‘id. Lebih-lebih lagi sekarang sudah ada pengeras suara
Kedua: Khutbah ‘Id Dua Kali.
Kelompok ini berdalil dengan:
1.   Hadits-hadits Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasllam.
2.   Kiyas (mengkiyaskan khutbah ‘id dengan khutbah jum’at) Karena:
-    keduanya adalah sama-sama hari raya,
-    keduanya dihadiri oleh banyak orang,
-    dan keduanya dipersyaratkan adanya jamaah.
Oleh karena itulah imam An-Nasai -rahimahullah- no. 1415 memasukkan hadits Jabir bin Samurah tentang dua kali khutbah jum’at ke dalam pembahasan khutbah id. Demikian halnya Ibnu Khuzaimah (2/349) memasukkah hadits Ibnu Umar tentang khutbah jum’at ke dalam bab tentang khutbah id.
3.   Ijma’ ulama terhadap kiyas itu
Pendapat Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi’i, Ahmad, serta para ulama dan fuqaha` di berbagai negeri
Maka Kami Jawab:
1.   Tidak ada hadits shahih lagi tegas yang menunjukkan adanya dua kali khutbah dalam shalat id. Semua hadits yang menjelaskan khutbah ‘idain ada dua kali adalah dho’if.
Dan Adapun dalil mereka dari hadits adalah:
Hadis Jabir Bin Abdullah Radhiyallahu Anhu, dia berkata :
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ ، حَدَّثَنَا أَبُو بَحْرٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُسْلِمٍ ، حَدَّثَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ ، عَنْ جَابِرٍ ، قَالَ : خَرَجَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ يَوْمَ فِطْرٍ أَوْ أَضْحَى ، فَخَطَبَ قَائِمًا , ثُمَّ قَعَدَ قَعْدَةً , ثُمَّ قَامَ.
Artinya: ”Rasulullah SAW keluar pada Iedul Fitri atau Iedul Adha, lalu beliau berkhutbah seraya berdiri, lalu duduk, lalu berdiri lagi.” (HR Ibnu Majah, no 1289).
Imam Syaukani berkata: ”Dalam isnadnya ada Ismail bin Muslim ([3]), dia periwayat yang lemah.” (Nailul Authar, hlm. 694).
2. Kiyas : kiyas digunakan oleh mereka disini adalah tidak tepat dikarenakan menyelisihi dalil yang shohih. Semua hadits yang shohih yang berbicara tentang khutbah ‘idain Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam, tidak ada satupun yang menunjukkan bahwa beliau khutbah dua kali. Dengan alasan: jika ada maka sudah dijelaskan secara terang seperti dijelaskannya cara khutbah jum’at. Silakan rujuk hadits yang berkaitan dengan khutbah rasulullah dihaji wada’ dan juga hadits yang kami sebutkan diawal pembahasan permasalahan ini.
3. Ijma’: ijma’ yang kita jadikan hujjah adalah yang tidak menyelisihi dalil. Lebih-lebih dalil yang shohih. Disini, bukan berarti kita mencacat para ulama yang  memiliki pendapat dua kali khutbah di hari ‘id. Sungguh mereka adalah ulama yang insya Allah akan diberi ganjaran yang berlipat terhadap ilmu dan da’wah yang telah mereka lakukan, akan tetapi dalam permasalahan ini yang rojih adalah khutbah ‘id hanya satu kali, dan bukan dua kali. Wallahu a’lam
Catatan:
Jika ada yang melakukan khutbah dua kali maka bukan berarti khutbahnya batal. Karena mereka juga memiliki dalil.


([1]) Abdurrahman Jazairi, Al Fiqh ‘Ala Al Mazahib Al Arba’ah, I/238; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, II/528; Imam Sarakhsi, Al Mabsuth; II/37; Imam Malik, Al Mudawwanah Al Kubra, I/150; Imam Syafi’i, Al Umm, I/314; Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab, V/22; Ibnu Hazm, Al Muhalla, II/108; Ahmad Musthofa Mutawalli, Al Majmu’ Al Tsamin li Fatawa Al Iedain li Ibn Utsaimin, hlm. 42).
([2])  Tidak ada yang shahih dalam sunnah bahwa khutbah Id dilakukan dua kali dengan dipisah antara keduanya dengan duduk. Riwayat yang ada tentang hal ini lemah sekali. Al-Bazzar meriwayatkan dalam "Musnad"nya (no. 53-Musnad Sa'ad) dari gurunya Abdullah bin Syabib dengan sanadnya dari Sa'ad Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkhutbah dengan dua khutbah dan beliau memisahkan di antara keduanya dengan duduk.
     Bukhari berkata tentang Abdullah bin Syabib : "Haditsnya mungkar"
([3]) Al-buusiry berkata: hadits ini diriwayatkan juga oleh imam nasa’I didalam sunan ash-sugro tapi tanpa lafadz يوم فطر أو أضحى. Dan diriwayatkan ibnu majah, akan tetapi didalam isnadnya ada ismail bin muslim, para ulama telah sepakat tentang kedhoifanya, begitupun abu bahr adalah dhoif, Intaha. 
Dan al-bazzar meriwayatkan dari jalur saad bin abi al-waqqash:
عن سعد بن أبي وقاص أن النبي صلى الله عليه وسلم - صلى العيد بغير أذان ولا إقامة، وكان يخطب خطبتين يفصل بينهما بجلسة.
Al-haitsimy berkata dalam majmu’ az-zawa’id juz 2 hal 203 : riwayat al-bazzar ini adalah wijadah. Didalam sanadnya terdapat rowi yang tidak diketahui.selesai.
Imam nawawi berkata didalam khulashoh, diriwayatkan dari ibnu mas’ud:
عن ابن مسعود أنه قال: من السنة أن يخطب في العيدين خطبتين، فيفصل بينهما بجلوس
Artinya: ”Merupakan sunnah, imam berkhutbah dalam dua Ied dengan dua khutbah yang dipisahkan dengan duduk.” (HR Syafi’i, Musnad Syafi’i, I/158).

Imam nawawi berkata: Ini adalah hadits dho’if, tidak bersambung sanadnya. Dan tidak ada satu haditspun yang tsabit yang menjelaskan khutbah ‘id dua kali.akan tetapi mereka mengqiyaskan dengan shallot jum’at. Selesai’
(Lihat kitab Mar’aatul Mafaatih Syarah Misykaatul mashobiih, juz 5, bab sholat ‘idain hal 27, karangan abu hasan ubaidillah bin Muhammad abdu salam bin khan Muhammad bin amanullah bin hisamuddin arrahmany al-mubaarakfuri (w 1414).

Imam Syaukani berkata: Hadis ini mursal, yakni hadis yang tidak diketahui siapa periwayatnya pada generasi shahabat, sebab periwayat hadis (Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah) adalah tabi’in, bukan shahabat. Dan hadis mursal adalah termasuk hadis dhaif. (Nailul Authar, hlm. 695).

Related Post



Tidak ada komentar: