Hakikat Hijrah Yaitu Hijrah Dari Maksiat Pada Allah Kepada Menta'atiNya...Ingatlah, Bahwa Maksiat Yang Paling Besar Adalah Syirik, Dan Keta'atan Yang Paling Agung adalah Bertauhid Pada Allah 'Azza Wajalla...Maka Oleh Karena Itu Bertauhidlah Kepada Allah Semata Dan Jauhilah Segala Bentuk Kesyirikan DAURAH QUBRA SEPUTAR 143 Permasalahan Puasa Dan I'tikaf Kontak Person: 085237021944

Jadwal Shalat

Radio Jihad On Line Perhatikan Waktu Shalatmu Saudaraku...Jika Waktu Shalat Tiba, Cari masjid Yang Terdekat Dengan Anda..Tunaikan Segera dan Jangan Di Tunda-tunda!!!

Selasa, 17 Februari 2015

Bulletin Al-mustaqim Edisi 021

PERKARA YANG PERTAMA KALI  DITANYA DIDALAM KUBUR

Kehidupan setelah kematian merupakan aqidah kaum muslimin, berdasarkan informasi falid dari rabb semesta Alam. Allah berfirman dalam Q.S Ar-rum ayat 40:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَفْعَلُ مِنْ ذَلِكُمْ مِنْ شَيْءٍ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
Artinya: Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.  (lihat juga Q. S Al-baqarah: 28, Al-jatsiyah :26, Al-haj :66)

 Didalam Hadits yang diriwayatkan Tirmidzi,  Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu berkata:
إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ القَبْرَ أَوَّلُ مَنْزِلٍ مِنْ مَنَازِلِ الآخِرَةِ، فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ، وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ. قَالَ: وَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ إِلاَّ وَالقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ. (هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ، لاَ نَعْرِفُهُ إِلاَّ مِنْ حَدِيثِ هِشَامِ بْنِ يُوسُفَ).
 Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya ‘Alam kubur adalah awal perjalanan akhirat, barang siapa yang berhasil di alam kubur, maka setelahnya lebih mudah. Barang siapa yang tidak berhasil, maka setelahnya lebih berat’. kemuddian Utsman Radhiallahu’anhu berkata lagi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ‘Aku tidak pernah memandang sesuatu yang lebih mengerikan dari kuburan’” (HR. Tirmidzi 2308, ia berkata: “Hasan Gharib”, dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Futuhat Rabbaniyyah, 4/192).

Setelah kita mengetahui dalil adanya kehidupan didalam kubur. maka, didalam tulisan yang sangat ringkas ini, kami akan menjelaskan perkara yang pertama kali ditanya didalam kubur. agar kita bisa mengambil hikmah dan ibroh didalamnya sehingga kita bisa lebih takut pada azab Allah dan lebih meningkat pengharapan kita terhadap rahmat dan surga-Nya.
Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan ahmad, Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جَنَازَةِ رَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ فَانْتَهَيْنَا إِلَى الْقَبْرِ وَلَمَّا يُلْحَدْ فَجَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَلَسْنَا حَوْلَهُ كَأَنَّمَا عَلَى رُءُوسِنَا الطَّيْرُ وَفِي يَدِهِ عُودٌ يَنْكُتُ بِهِ فِي الْأَرْضِ فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا زَادَ فِي حَدِيثِ جَرِيرٍ هَاهُنَا وَقَالَ وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ خَفْقَ نِعَالِهِمْ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ حِينَ يُقَالُ لَهُ يَا هَذَا مَنْ رَبُّكَ وَمَا دِينُكَ وَمَنْ نَبِيُّكَ قَالَ هَنَّادٌ قَالَ وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّيَ اللَّهُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ دِينِيَ الْإِسْلَامُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ قَالَ فَيَقُولُ هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولَانِ وَمَا يُدْرِيكَ فَيَقُولُ قَرَأْتُ كِتَابَ اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ زَادَ فِي حَدِيثِ جَرِيرٍ فَذَلِكَ قَوْلُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ} يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا{ الْآيَةُ . ثُمَّ اتَّفَقَا قَالَ فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنْ السَّمَاءِ أَنْ قَدْ صَدَقَ عَبْدِي فَأَفْرِشُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ وَأَلْبِسُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ قَالَ فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا قَالَ وَيُفْتَحُ لَهُ فِيهَا مَدَّ بَصَرِهِ قَالَ وَإِنَّ الْكَافِرَ فَذَكَرَ مَوْتَهُ قَالَ وَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنْ السَّمَاءِ أَنْ كَذَبَ فَأَفْرِشُوهُ مِنْ النَّارِ وَأَلْبِسُوهُ مِنْ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ قَالَ فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسَمُومِهَا قَالَ وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلَاعُهُ زَادَ فِي حَدِيثِ جَرِيرٍ قَالَ ثُمَّ يُقَيَّضُ لَهُ أَعْمَى أَبْكَمُ مَعَهُ مِرْزَبَّةٌ مِنْ حَدِيدٍ لَوْ ضُرِبَ بِهَا جَبَلٌ لَصَارَ تُرَابًا قَالَ فَيَضْرِبُهُ بِهَا ضَرْبَةً يَسْمَعُهَا مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ فَيَصِيرُ تُرَابًا قَالَ ثُمَّ تُعَادُ فِيهِ الرُّوحُ
Artinya: Dari Al Bara bin Azib ia berkata,”Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar untuk melihat jenazah seorang laki-laki Anshar, kami pun tiba di pemakaman. Ketika lubang lahad telah dibuat, Rasulullah  Shallallahu ‘Alaihi Wasallam duduk, lalu kami ikut duduk di sisinya. Kami diam, seakan-akan di atas kepala kami ada burung. Saat itu beliau memegang sebatang kayu yang ditancapkan ke dalam tanah, beliau lalu mengangkat kepalanya dan bersabda:”Mintalah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur ”.
Beliau ucapkan kalimat itu hingga dua atau tiga kali. Demikanlah tambahan dalam hadits Jarir. Beliau melanjutkan: ”Sungguh, mayat itu akan dapat mendengar derap sandal mereka saat berlalau pulang; yakni ketika ditanyakan kepadanya, ‘Wahai kamu, siapa Rabbmu? Apa Agamamu? Dan Siapa Nabimu?
Hannad menyebutkan; Beliau bersabda: ”lalu ada dua malaikat mendatanginya seraya mendudukkannya. Malaikat itu bertanya: ”Siapa Rabbmu?”Ia menjawab,”Rabbku adalah Allah. ” Malaikat itu bertanya lagi: ”Apa agamamu?” ia menjawab: ”Agamaku adalah Islam” Malaikat itu bertanya lagi: ”Siapa laki-laki yang diutus kepada kalian ini? ‘ ia menjawab: ”Dia adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.”
Malaikat itu bertanya lagi: ”Apa yang kamu ketahui?”, ia menjawab: ”Aku membaca Kitabullah, aku mengimaninya dan membenarkannya”
Dalam hadits Jarir ditambahkan,”Maka inilah makna firman Allah:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
Artinya: "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman…" (Qs. Ibrahim: 27)
Kemudian kedua perawi sepakat pada lafadz: ”Beliau bersabda: ”Kemudian ada suara dari langit yang menyeru,”Benarlah apa yang dikatakan oleh hamba-Ku, hamparkanlah permadani untuknya di surga, bukakan baginya pintu-pintu surga dan berikan kepadanya pakaian surga.” Beliau melanjutkan: ”Kemudian didatangkan kepadanya wewangian surga, lalu kuburnya diluaskan sejauh mata memandang.”
Beliau melanjutkan: ”Jika yang meninggal adalah orang kafir, maka ruhnya akan dikembalikan kepada jasadnya. Saat itu datanglah dua malaikat seraya mendudukkannya. Kedua malaikat itu bertanya: ”Siapa Rabbmu?” ia menjawab: ”Hah, hah, hah. Aku tidak tahu.” Malaikat itu bertanya: ”Apa agamamu?”, ia menjawab: ”Hah, hah. Aku tidak tahu”.
Malaikat itu bertanya lagi: ”Siapa laki-laki yang diutus kepada kalian ini?", ia menjawab: ”Hah, hah. Aku tidak tahu.”
Setelah itu terdengar suara dari langit:”Ia telah berdusta. Berilah ia hamparan permadani dari neraka, berikan pakaian dari neraka, dan bukakanlah pintu-pintu neraka untuknya.”
Beliau melanjutkan: ”Kemudian didatangkan kepadanya panas dan baunya neraka. Lalu kuburnya disempitkan hingga tulangnya saling berhimpitan.”
Dalam hadits Jarir ditambahkan,”Beliau bersabda: ”Lalu ia dibelenggu dalam keadaan buta dan bisu. Dan baginya disediakan sebuah pemukul dari besi, sekiranya pemukul itu dipukulkan pada sebuah gunung niscaya akan menjadi debu.”.
Beliau melanjutkan: ”Laki-laki kafir itu kemudian dipukul dengan pemukul tersebut hingga suaranya dapat didengar oleh semua makhluk; dari ujung timur hingga ujung barat -kecuali jin dan manusia- hingga menjadi debu”.Beliau meneruskan ceritanya: ”Setelah itu, ruhnya dikembalikan lagi.” (Hadits Riwayat Abu Daud nomor 4127, dan Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani, hadits nomor 1676 dalam Shahihul Jami’).

Jadi, jika kita renungkan, bahwa manusia setelah mereka meninggal dan dikuburkan dapat dibagi menjadi dua kelompok:
Pertama: Kelompok yang dilindungi Allah dari Azab Kubur. mereka ini adalah yang ketika hidupnya :
-     Betul-betul mengenal Allah sehingga mereka selalu bertaqwa kepada Allah, menjaga Hak-hak  Allah, tidak bermaksiat kepada-Nya, serta selalu mengedepankan Allah dari segalanya.
-     Betul-betul mengenal agama Islam, yaitu mengamalkan ajaran islam sesuai dengan petunjuk dari Allah dan RasulNya dan tidak melakukan bid'ah dalam bentuk apapun. memperjuangkan Sayri'at Allah dengan da'wah dan jihad, serta selalu konsisten terhadap kebenaran islam sampai mati  
-     Betul-betul menegnal Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam dengan mengikuti sunnah-sunnahnya, baik itu sunnah fi'liyah, qouliyah, taqririyah serta semua akhlak dan kepribadian  beliau.
Kedua:  Kelompok yang akan mendapatkan azab Allah sampai hari kiamat. azab yang ditimpakan kepada mereka bisa didengar oleh semua makhluk Allah kecuali manusia dan jin. mereka itu adalah yang ketika hidupnya:
-          Selalu ingkar terhadap Allah, mengabaikan hak-hak Allah, melakukan kesyirikan, mempermainkan syari'atNya, mengingkari ayat-ayat Allah 'Azza wajalla. pada hakikatnya mereka tau tapi membangkang, mereka faham tapi congkak serta mereka mendengar tapi sombong. yang menyebabkan mereka mendustakan Allah sehingga mereka termasuk dalam golongan yang akan kafir dan muttad.
-          Menginkari Islam, menolak syari'at-syari'at Allah, melecehkannya. yang itu menjadikan mereka kafir, na'udzu billah.
-          Mereka yang mengingkari Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam, mempermainkanya, mendustakan Risalah yang dibawanya. menolak sunnah-sunnahnya. sungguh itu adalah perbuatan yang durjana.
Mereka yang berada dalam kelompok ini, sekalipun pernah mendengar tentang allah, agama islam dan Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam, tapi mereka tidak akan bisa menjawab pertanyaan yang diajukan kepada mereka didalam kubur nanti. disebabkan keingkaran dan kedustaan mereka pada tiga landasan agung itu. wal'iyadzu billah

Setelah kita mengetahui siafat-sifat kedua kelompok diatas, maka sebagai insan yang bertauhid, sebagai hamba yang bertaqwa dan sebagai manusia yang beraqal. hendaknya kita cerdas dalam memilih. tentu yang kita pilih adalah kelompok yang pertama. Kelompok yang Allah ridho terhadapnya, dan merekapun ridho terhadap Allah. kelompok yang sholeh lagi taqwa.
Kunci agar kita bisa termasuk kelompok yang pertama:
1.      Beriman kepada Allah dengan mengucapkan "Syahadatain"
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ ، قَالَ: « بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ »
Artinya: Dari Abdullah bin Umar bin Al-Khottob radiallahuanhuma dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan. (H.R Muslim no 16)
2.      Ta'at Kepada Allah dengan Mengamalkan semua perintahnya didalam al-qur'an
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
Artinya: Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. (Q.s An-nur ayat 52)
3.      Takut akan Azab Allah dengan menjauhi Segala kesyirikan dan kemaksiatan dan bid'ah
Dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- bahwa Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَأَكْلُ الرِّبَا وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصِنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ
Artinya: “Hendaklah kalian menghindari tujuh dosa yang dapat menyebabkan kebinasaan.” Dikatakan kepada beliau, “Apakah ketujuh dosa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Kesyirikan kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan pertempuran, dan menuduh wanita mukminah baik-baik berbuat zina.” (HR. Al-Bukhari no. 2766 dan Muslim no. 89)
4.      Mengikuti Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam dengan cara menghidupkan Sunnah-sunnahnya, dan beribadah pada Allah sesuai dengan petunjuknya.
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.  (Q.S al-imran ayat 31)
5.      Istiqomah terhadap hal-hal diatas
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Artinya: "Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan".{ Q.S Hud 112 }
6.      Tiadalah kita mati kecuali dalam keadaan islam dengan cara terus konsisten terhadap tali agama Allah sunnah agung Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Q.S Al-imran ayat 102)
Insya Allah, atas berkatNya, jika kita mengamalkan hal-hal diatas maka kita akan dengan mudah menjawab 3 pertanyaan yang akan diberikan kepada kita didalam kubur nanti. karena hal-hal itulah yang akan menjadikan kita termasuk dalam  Firman allah 'Azza Wajalla:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
Artinya: "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman…" (Qs. Ibrahim: 27)
Akhirnya, kita selalu berusaha dan berdoa semoga kita termasuk kelompok yang pertama dari hadits diatas. Amin Yaa Rabbal 'Alamin.

Oleh : Abu Mu'tashim Ibnu Az-zira
=======================================================================
Pertanyaan:  assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh….saya pernah disusui oleh bibi saya selama 3 hari diwaktu ibu saya wisuda, pertanyaannya adalah:
1.      Apakah saya dibilang saudara sepersusuan dengan anak bibi saya? Kapan bisa di bilang anak persusuan?
2.      Apakah saya dapat harta waris dari bibi saya?
Jawaban:
Wa'alaikum Salam Warahmatulahi Wabrakatuh
1.      Untuk disebut sebagai saudara sepersusuan, harus memenuhi beberapa syarat
Pertama:  yang disusui adalah yang berumur 2 tahun ke bawah, Allah subuhanahu wata'ala beerfirman:
{وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ}
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan (Al-Baqoroh; 233)
Dalam ayat diatas, Allah menjelaskan bahwa persusuan yang sempurna itu dibatasi hanya sampai dua tahun saja. Hal ini menunjukkan, sesudah dua tahun tidak berlaku lagi hukum persusuan.
 Kedua: hendaknya bayi yang disusui dalam keadaan lapar Dan disusui sampai kenyang, Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam Bersabda:
 فَإِنَّمَا الرَّضَاعَةُ مِنَ المَجَاعَةِ
Artinya: Sesungguhnya menyusu (yang menjadikan mahram) itu hanyalah karena lapar. (H.R Muslim  nomor1455)
Jika seorang bayi sengaja disusui sedangkan ia dalam keadaan kenyang, itu tidak akan menjadikan ia persusuan. karena sebenarnya ia tidak membutuhkan makanan pada saat itu. dan kalaupun ia susu maka tidak akan menyusui kecuali sedikit.
begitupun jika seorang bayi yang disusui dalam keadaan lapar  tapi tidak sampai kenyang maka itu juga tidak termasuk persusuan. untuk mengetahui kenyang atau belum kenyangnya seorang bayi bisa diukur dari dua segi:
1. Lamanya waktu  menyusui seperti 10 menit/15 menit..jika hanya disusui 1 menit atau 3 menit maka 
     sudah pasti belum kenyang.
2.  Banyaknya air susu yang mengalir/yang dihisap oleh bayi. jika air susu ibu yang menyusui tersebut sedikit tentu akan menjadikan masalah bagi bayi dalam menghisap, dan akan mempengaruhi cepat atau lambatnya ia dalam kenyang, bisa saja ia akan menyusui 30 Menit bahkan 1 jam baru bisa kenyang

Ketiga: minimal lima kali
عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّهَا قَالَتْ: " كَانَ فِيمَا أُنْزِلَ مِنَ الْقُرْآنِ: عَشْرُ رَضَعَاتٍ مَعْلُومَاتٍ يُحَرِّمْنَ، ثُمَّ نُسِخْنَ، بِخَمْسٍ مَعْلُومَاتٍ، فَتُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُنَّ فِيمَا يُقْرَأُ مِنَ الْقُرْآنِ "
Dari Aisyah Radhiyallahu 'anha, ia berkata : "Adalah yang disyariatkan dalam Al-Qur'an
dahulu sepuluh kali susuan yang jelas, menyebabkan ikatan kekerabatan. Kemudian  dihapus dengan lima kali susuan yang jelas hingga Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam wafat sedangkan masalah tersebut tetap dengan keputusannya (lima kali susuan) (H.R Muslim no 1452)
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُحَرِّمُ الْمَصَّةُ وَلَا الْمَصَّتَانِ
Dari Aisyah r.ha dia berkata, Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “satu atau dua susuan tidaklah bisa menjadikan mahram” (H.R.Abu Dawud 2063, muslim 1450)
لَا تُحَرِّمُ الْإِمْلَاجَةُ وَالْإِمْلَاجَتَانِ
,” satu susuan dan dua susuan tidaklah bisa menjadikan mahram”. (H.R.Muslim no 1451)

jadi, jika anda memenuhi syarat-syarat diatas maka berarti anda adalah saudara sepersusuan dengan anak-anak bibi anda. dan mereka menjadi muhrim bagi anda, berdasarkan sabda rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam:
يَحْرُمُ مِنَ الرَّضَاعِ مَا يَحْرُمُ مِنَ النَّسَبِ
Artinya: “Diharamkan dari persusuan apa-apa yang diharamkan dari nasab.” [HR Muslim no 1445]
2.      untuk masalah apakah anda mendapat warisan dari bibi anda atau tidak, maka tergantung kepada ahli waris yang lebih dekat dengan bibi anda. jika mereka semua masih ada maka anda tidak akan mendapatkan warisan, tapi jika bibi anda tdk memiliki ahli waris kecuali anda maka anda termasuk dzu arhaam. wallahu A'lam

Related Post



Tidak ada komentar: