22. Siapa Ahlul A'dzar
Dalam Puasa
Ahlul a'dzar adalah orang-orang yang
diperbolehkan untuk berbuka disiang hari bulan ramdhan. Dan menggantinya dihari
yang lain atau membayar kafarat. Mereka adalah:
Pertama : orang gila, rasulullah shollallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
حَدَّثَنَا ابْنُ
السَّرْحِ ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ ، أَخْبَرَنِي جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ ، عَنْ
سُلَيْمَانَ بْنِ مِهْرَانَ ، عَنْ أَبِي ظَبْيَانَ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَ
: مُرَّ عَلَى عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِمَعْنَى
عُثْمَانَ ، قَالَ : أَوَ مَا تَذْكُرُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم
قَالَ : رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ ، عَنِ الْمَجْنُونِ الْمَغْلُوبِ عَلَى
عَقْلِهِ حَتَّى يَفِيقَ ، وَعَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ ، وَعَنِ
الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ
Artinya: “Diangkat pena dari tiga golongan; dari orang yang TIDUR hingga dia bangun, dari anak KECIL hingga dia baligh, dan dari orang GILA hingga dia berakal waras.” (H.R Abu daud no 3823, ishohihkan Syekh albani didalam kitabnya al-irwa' 2/4)
kedua: orang
yang belum balig. Permasalahanya adalah bagaimana cara mengetahui seseorang
telah balig:
1. Keluar mani bagi laki-laki. dalilnya adalah hadits diatas.
2. tumbuhnya bulu (bagi laki-laki dan wanita). Sebagaimana sabda rasulullah
shollallahu 'alaihi wasallam:
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ
عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ عَطِيَّةَ الْقُرَظِىِّ قَالَ عُرِضْنَا
عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ قُرَيْظَةَ فَكَانَ مَنْ أَنْبَتَ
قُتِلَ وَمَنْ لَمْ يُنْبِتْ خُلِّىَ سَبِيلُهُ فَكُنْتُ مِمَّنْ لَمْ يُنْبِتْ
فَخُلِّىَ سَبِيلِى. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنَّهُمْ يَرَوْنَ
الإِنْبَاتَ بُلُوغًا إِنْ لَمْ يُعْرَفِ احْتِلاَمُهُ وَلاَ سِنُّهُ وَهُوَ
قَوْلُ أَحْمَدَ وَإِسْحَاقَ. رواه الترمذي ( 1584 ) والنسائي (
3430 ) وأبو داود ( 3826 ) وابن ماجه ( 2542 .(والحديث : صححه الترمذي وابن حبان والحاكم ، ووافقه
الحافظ ابن حجر ، انظر " التلخيص الحبير " ( 3 / 42 (
Artinya: “Kami dihadapkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada hari
Quraidhah (peristiwa pengkhianatan Bani Quraidhah), di situ orang yang sudah
tumbuh bulu kemaluannya dibunuh, sedang orang yang belum tumbuh dibiarkan. Aku
adalah orang yang belum tumbuh maka aku dibiarkan” [HR. At-Tirmidzi no. 1584, An-Nasa’i no. 3429,3430, dan yang lainnya; shahih].
3.
haid bagi wanita.
Allah Subuhanahu Wata'ala Berfirman:
فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى
سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
Artinya: Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari
yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain (Q.S Al-baqarah ayat 184)
Rasulullah shollallahu
a'alihi wasallam bersabda:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ
بْنُ يُوسُفَ ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ ، عَنْ أَبِيهِ
، عَنْ عَائِشَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ، زَوْجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه
وسلم أَنَّ حَمْزَةَ بْنَ عَمْرٍو الأَسْلَمِيَّ قَالَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه
وسلم أَأَصُومُ فِي السَّفَرِ، وَكَانَ كَثِيرَ الصِّيَامِ فَقَالَ إِنْ شِئْتَ
فَصُمْ وَإِنْ شِئْتَ فَأَفْطِرْ. رواه البخاري (1841), ومسلم (1121)
Akan tetapi
apabila seorang mampu untuk berpuasa, dan sama sekali puasa tidak menjadikan ia
kesulitan selama perjalananya maka diperbolehkan baginya untuk berpuasa bahkan
itu termasuk sunnah rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam, sebagaimana
sabdanya:
حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ
بْنُ مُسْلِمٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ
عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ - رضى الله عنه
- قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى شَهْرِ
رَمَضَانَ فِى حَرٍّ شَدِيدٍ حَتَّى إِنْ كَانَ أَحَدُنَا لَيَضَعُ يَدَهُ عَلَى
رَأْسِهِ مِنْ شِدَّةِ الْحَرِّ وَمَا فِينَا صَائِمٌ إِلاَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ.
Artinya: Dari Abi ad-Dardâ` radliyallâhu 'anhu,
dia berkata, "Kami pernah keluar bersama Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa
Sallam pada bulan Ramadlan saat temperatur sedemikian panas, hingga membuat
salah seorang diantara kami sampai meletakkan tangannya diatas kepalanya saking
panasnya. Dan tidak ada seorang diantara kami yang berpuasa selain Rasulullah
dan 'Abdullah bin Rawahah." (HR.Muslim)
Tapi jika ia
tidak mampu untuk berpuasa maka hendaknya ia tidak menyiksa dirinya, mengambil
rukhsoh pada saat itu sunnah. malah kalau ia berpuasa padahal ia tidak kuat,
itu tidak termasuk kebaikan, sebagaimana sabda rasulullah shollallahu 'alaihi
wasallam:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ
بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ جَمِيعًا عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ - قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ - عَنْ
شُعْبَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
عَمْرِو بْنِ الْحَسَنِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ - رضى الله عنهما -
قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى سَفَرٍ فَرَأَى رَجُلاً
قَدِ اجْتَمَعَ النَّاسُ عَلَيْهِ وَقَدْ ظُلِّلَ عَلَيْهِ فَقَالَ « مَا لَهُ ».
قَالُوا رَجُلٌ صَائِمٌ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَيْسَ
مِنَ الْبِرِّ أَنْ تَصُومُوا فِى السَّفَرِ ».
Artinya: (H.R Muslim no 1115)
Empat: Sakit
allah subuhanahu wata'ala berfirman:
allah subuhanahu wata'ala berfirman:
فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى
سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
Artinya: Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari
yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain (Q.S Al-baqarah ayat 184)
sakit yang dimaksud disini adalah
sakit yang menyulitkan diri untuk puasa, menjadikan diri tambah sakit jika
puasa, sakit berat yang menjadikan semakn lemah atau bahkan menyebabkan
meninggal jika berpuasa. bukan sakit
ringan yang tidak mempengaruhi diri jika berpuasa.
kelima: laki-laki atau wanita yang sudah usia lanjut
yaitu yang sudah tidak
kuat lagi untuk puasa. Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:
حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ أَخْبَرَنَا رَوْحٌ حَدَّثَنَا
زَكَرِيَّاءُ بْنُ إِسْحَاقَ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ عَنْ عَطَاءٍ
سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ يَقْرَأُ وَعَلَى الَّذِينَ يُطَوَّقُونَهُ فَلَا
يُطِيقُونَهُ [فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ] قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ لَيْسَتْ
بِمَنْسُوخَةٍ هُوَ الشَّيْخُ الْكَبِيرُ وَالْمَرْأَةُ الْكَبِيرَةُ لَا
يَسْتَطِيعَانِ أَنْ يَصُومَا فَيُطْعِمَانِ مَكَانَ كُلِّ يَوْمٍ مِسْكِينًا
رواه البخاري (4235)
Berkata Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma : “Diberikan
rukhsah (keringanan) bagi laki-laki tua dan wanita tua pada masalah ini (puasa)
sementara keduanya mampu berpuasa untuk berbuka jika mau, atau untuk memberi
makan setiap hari seorang miskin dan tidak wajib qodho` atas mereka, kemudian
(hukum tersebut) diganti dengan (hukum) di dalam ayat ini :
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“Maka barangsiapa diantara
kalian mendapati bulan puasa maka hendaklah ia berpuasa”.
dan ditetapkan bagi laki-laki dan wanita tua
jika tidak sanggup berpuasa demikian pula wanita hamil dan wanita menyusui jika
khawatir, untuk berbuka dan memberi makan setiap hari seorang miskin”.
(Dikeluarkan oleh Al-Baihaqy 4/230) dan Abu Daud 2318. Berkata Syaikh Salim
Hilaly dan ‘Ali bin Hasan bin ‘Abdul Hamid : Sanadnya shohih (lihat : Sifat
Puasa Nabi shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam Dalam Ramadhan hal.80).
Keenam: wanita haid (atau nifas)
وَحَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ
الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ مُعَاذَةَ قَالَتْ سَأَلْتُ
عَائِشَةَ فَقُلْتُ مَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِى الصَّوْمَ وَلاَ تَقْضِى
الصَّلاَةَ فَقَالَتْ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ قُلْتُ لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ
وَلَكِنِّى أَسْأَلُ. قَالَتْ كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ
الصَّوْمِ وَلاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ. رواه
البخاري ( 315 ( ومسلم ( 335 (
Wanita Mustahadhah
Wanita yang
mengalami istihadhah ini wajib untuk melaksanakan puasa dan tidak boleh baginya
meninggalkannya (berbuka) karena sebab darah istihadhah.
Syaikh Islam
Ibnu Taimiyah rahimahullah Berkata: “Berbeda dengan istihadhah, Istihadhah
(bisa) mencakup pada seluruh waktu (artinya bisa terjadi pada setiap waktu) dan
tidak ada waktu khusus yang diperintahkan untuk berpuasa (melainkan seluruh
waktu), dan tidak mungkin baginya untuk menghindari istihadhah seperti tidak
mungkinnya dia mencegah muntah dan keluarnya darah karena luka dan mimpi dan
semisalnya yang tidak ada waktu-waktu yang tertentu sehingga bisa dihindari.
Maka istihadhah ini (seperti juga yang lainnya) tidaklah meniadakan puasa
seperti darah haidh (Majmu’ Al- Fatawa 25/251). Al-Ustadz Abu ‘Abdillah
Mustamin Musaruddin.
Ketujuh: wanita hamil atau menyusui
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ وَيُوسُفُ بْنُ عِيسَى قَالاَ
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا أَبُو هِلاَلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَوَادَةَ
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَجُلٌ مِنْ بَنِى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَعْبٍ قَالَ
أَغَارَتْ عَلَيْنَا خَيْلُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَتَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَوَجَدْتُهُ يَتَغَدَّى فَقَالَ « ادْنُ
فَكُلْ ». فَقُلْتُ إِنِّى صَائِمٌ. فَقَالَ « ادْنُ أُحَدِّثْكَ عَنِ الصَّوْمِ
أَوِ الصِّيَامِ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى وَضَعَ عَنِ الْمُسَافِرِ الصَّوْمَ
وَشَطْرَ الصَّلاَةِ وَعَنِ الْحَامِلِ أَوِ الْمُرْضِعِ الصَّوْمَ أَوِ
الصِّيَامَ ».
رواه
الترمذي ( 715 ) والنسائي ( 2274 ) وأبو داود ( 2408 ) وابن ماجه (1667). قال
أبو عيسى – الترمذي - : حديث أنس بن مالك الكعبي حديث حسن
Artinya: “Sesungguhnya Allah Ta’ala meletakkan puasa dan seperdua shalat dari
seorang musafir dan (meletakkan) puasa dari wanita yang hamil atau menyusui”.
Peringatan:
-
Musafir, wanita haid dan
nifas, wanita hamil dan menyusui hanya qodho' saja
-
Laki-laki dan wanita lanjut usia,
orang yang sakit bertahun-tahun (harapan untuk sembuh dengan segera sangat
kecil) hanya memberi makan 1 orang miskin saja disetiap hari. setiap satu
orang miskin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar