15.
Hukum Umroh Dibulan
Ramadhon
Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam bersabda:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ يُوسُفَ ، أَخْبَرَنَا
مَالِكٌ ، عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، عَنْ
أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ،
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ
كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ
الْجَنَّةُ.
Dari Abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Antara satu umrah dengan umrah berikutnya adalah penghapus dosa antara keduanya. Sementara haji mabrur tak ada balasannya kecuali surga”. (HR. Al-Bukhari no. 1773 & Muslim no. 1349)
“Antara satu umrah dengan umrah berikutnya adalah penghapus dosa antara keduanya. Sementara haji mabrur tak ada balasannya kecuali surga”. (HR. Al-Bukhari no. 1773 & Muslim no. 1349)
Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam juga bersabda:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنِ ابْنِ
جُرَيْجٍ عَنْ عَطَاءٍ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما -
يُخْبِرُنَا يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - لاِمْرَأَةٍ
مِنَ الأَنْصَارِ سَمَّاهَا ابْنُ عَبَّاسٍ ، فَنَسِيتُ اسْمَهَا « مَا مَنَعَكِ
أَنْ تَحُجِّى مَعَنَا » . قَالَتْ كَانَ لَنَا نَاضِحٌ فَرَكِبَهُ أَبُو فُلاَنٍ
وَابْنُهُ - لِزَوْجِهَا وَابْنِهَا - وَتَرَكَ نَاضِحًا نَنْضَحُ عَلَيْهِ قَالَ
«فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِى فِيهِ فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ
حَجَّةٌ » . أَوْ نَحْوًا مِمَّا قَالَ .
Artinya: Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu
‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bertanya pada seorang wanita, “Apa alasanmu sehingga tidak ikut berhaji
bersama kami?” Wanita itu menjawab, “Aku punya tugas untuk memberi
minum pada seekor unta di mana unta tersebut ditunggangi oleh ayah fulan dan
anaknya –ditunggangi suami dan anaknya-. Ia meninggalkan unta tadi tanpa diberi
minum, lantas kamilah yang bertugas membawakan air pada unta tersebut. Lantas
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena
umrah Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Bukhari no. 1782, 5913
dan Muslim no. 1256, ini lafadz Bukhari).
Dalam lafazh Muslim disebutkan,
أَخْبَرَنِي عِمْرَانُ بْنُ يَزِيدَ بْنِ خَالِدٍ ،
قَالَ : حَدَّثَنَا شُعَيْبٌ ، قَالَ : أَخْبَرَنِي ابْنُ جُرَيْجٍ ، قَالَ :
أَخْبَرَنِي عَطَاءٌ ، قَالَ : سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ ، يُخْبِرُنَا ، قَالَ :
قَالَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاِمْرَأَةٍ مِنَ
الأَنْصَارِ : إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فَاعْتَمِرِي فِيهِ ، فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ
تَعْدِلُ حَجَّةً.
Artinya: Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu ia
berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda kepada seorang wanita anshor: “Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena
umrah Ramadhan senilai dengan haji.” “Umrah
pada bulan Ramadhan senilai dengan haji.” (HR.
Muslim no. 1256)
Imam
Nawawi rahimahullah
berkata, “Yang dimaksud adalah umrah Ramadhan mendapati pahala seperti pahala
haji. Namun bukan berarti umrah Ramadhan sama dengan haji secara keseluruhan.
Sehingga jika seseorang punya kewajiban haji, lalu ia berumrah di bulan
Ramadhan, maka umrah tersebut tidak bisa menggantikan haji tadi.” (Syarh Shahih
Muslim, 9:2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar