Wanita haid diharamkan berpuasa secara mutlak, berdasarkan hadits Aisyah radhiallahu anha dia berkata:
وَحَدَّثَنَا عَبْدُ
بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ عَاصِمٍ
عَنْ مُعَاذَةَ قَالَتْ سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ مَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِى
الصَّوْمَ وَلاَ تَقْضِى الصَّلاَةَ فَقَالَتْ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ قُلْتُ
لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ وَلَكِنِّى أَسْأَلُ. قَالَتْ كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ
فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ.
Artinya: “Kami dahulu juga mengalami
haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha’ puasa dan tidak diperintahkan
untuk mengqadha’ shalat.” (HR. Muslim no. 508)
Adapun wanita yang mengalami istihadhah, maka dia
tetap wajib berpuasa. Hal itu karena istihadhah berbeda dengan haid dari sisi
sifat dan hukum.
wanita haid tidak boleh dijimak oleh
suaminyam, baik dibulan puasa ataupun diluar puasa.
Rasulullah Shollallahu 'Alaihi
Wasallam Bersabda::
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ خَلِيلٍ قَالَ أَخْبَرَنَا
عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ قَالَ أَخْبَرَنَا أَبُو إِسْحَاقَ هُوَ الشَّيْبَانِيُّ
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْأَسْوَدِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
كَانَتْ إِحْدَانَا إِذَا كَانَتْ حَائِضًا فَأَرَادَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُبَاشِرَهَا أَمَرَهَا أَنْ تَتَّزِرَ فِي فَوْرِ
حَيْضَتِهَا ثُمَّ يُبَاشِرُهَا قَالَتْ وَأَيُّكُمْ يَمْلِكُ إِرْبَهُ كَمَا
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْلِكُ إِرْبَهُ
Artinya:
Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa di antara istri-istri Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam ada yang mengalami haid. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam ingin bercumbu dengannya. Lantas beliau memerintahkannya
untuk memakai sarung agar menutupi tempat memancarnya darah haid, kemudian
beliau tetap mencumbunya (di atas sarung). Aisyah berkata, “Adakah di
antara kalian yang bisa menahan hasratnya (untuk berjima’) sebagaimana Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menahannya?” (HR. Bukhari no.
302 dan Muslim no. 293).
Imam Nawawi menyebutkan
judul bab dari hadits di
atas, “Bab mencumbu wanita haid
di atas sarungnya”. Artinya di selain tempat keluarnya darah haid atau selain
kemaluannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar