inilah tokoh-tokoh sesat syi'ah di indonesia...mengenal mereka bukan untuk kita ikuti, akan tetapi untuk kita perangi da'wah sesatnya...semoga Allah Membalas makar siapapun yang ingin mengobok2 islam dan aqidah kaum muslim...
--------------------------------------------------------------------------------------------
1. Jalaludin Rahmat
Seorang yang pada tahun akhir 1980-an dikenal sebagai pakar
komunikasi. Sampai saat ini dia adalah pengajar di Universitas Padjajaran
(Unpad) Bandung. Dia disebut-sebut sebagai tokoh sentral syi’ah Indonesia.
Ternyata ini bukan isapan jempol bila dilihat dari kiprahnya dan dan sepak
terjangnya pada organisasi syi’ah di Indonesia. Pendiri dan pimpinan SMA
Muthahhari,
Bandung ini juga menjadi pendiri Islamic Cultural Center (ICC)
Jakarta bersama Dr. Haidar Bagir. Jalaludin Rahmat kini menjabat sebagi Ketua
Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) yang kini sudah mempunyai
hampir 100 Pengurus Daerah (tingkat kota) di seluruh Indonesia dengan jumlah
anggota sekitar 2,5 juta orang. Selain itu ia mendirikan Pusat Kajian Tasawuf
(PKT): Tazkia Sejati, OASE-Bayt Aqila, Islamic College for Advanced Studies
(ICAS-Paramadina), Islamic Cultural Center (ICC) di Jakarta, PKT Misykat di
Bandung. Semua lembaga-lembaga tersebut adalah organisasi syi’ah. Bisa dilihat
pada buku Fakta dan Data Perkembangan Syi’ah di Indonesia September
2012, karya ustadz Farid Ahmad Okbah MA.
Adapun pernyataan Kang Jalal, begitu dia biasa dipanggil
yang mendukung syi’ah yakni pada 29 Agustus 2012 lalu, dia mengancam untuk
menumpahkan darah Ahlus Sunnah di Nusantara atas bentrokan Sampang Madura.
“Orang-orang Syiah tidak akan membiarkan kekerasan ini. Karena untuk pengikut
Syiah, mengucurkan darah bagi Imam Husein adalah sebuah kemuliaan,” ujar
Jalaluddin
2. Dina Y. Sulaeman,
Perempuan yang lahir di Semarang pada 30 Juli 1974. Penerima
summer session scholarship dari JAL Foundation untuk kuliah musim panas di
Sophia University Tokyo ini lulus dari Fak. Sastra Arab Universitas Padjdjaran
tahun 1997. Ia sempat menjadi staf pengajar di IAIN Imam Bonjol Padang. Tahun
1999 meraih beasiswa S2 dari pemerintah Iran untuk belajar di Faculty of
Teology, Tehran University. Tahun 2011, ia menyelesaikan studi magister Hubungan
Internasional Universitas Padjadjaran. Tahun 2002-2007 ia berkarir sebagai
jurnalis di Islamic Republic of Iran Broadcasting.
Dina penulis yang produktif, banyak masyarakat yang tidak
mengetahui bahwa dia adalah seorang syiah sejati. Berikut ini sejumlah buku
yang telah ditulisnya, antara lain, Oh Baby Blues, Mukjizat Abad 20:
Doktor Cilik Hafal dan Paham Al Quran, Pelangi di Persia, Ahmadinejad
on Palestine, Obama Revealed, Bintang-Bintang Penerus Doktor
Cilik, Princess Nadeera, Prahara Suriah dan Journey to
Iran.Aktif menulis artikel opini politik Timur Tengah yang dimuat di media
massa dan berbagai website. Otong Sualeman suami Dina, juga syiah, dia
adalah mahasiswa Qom yang menulis novel Dari Jendela Hauzah, terbitan grup
Mizan. Keduanya pernah bekerja sebagai jurnalis di IRIB (Radio Iran Indonesia)
selama tujuh tahun di Iran.
3. Haidar Bagir
Haidar Bagir bersama Jalaluddin Rakhmat, mendirikan Yayasan
Muthahhari, yang mengelola SMA (Plus) Muthahhari di Bandung dan Jakarta.
Haidar Bagir merupakan pendiri perusahaan Penerbit Mizan.
Oleh karena itu, perlu diwaspadai buku-buku terbitan Mizan tentang persoalan
Syiah dan Ahlus Sunnah. Demikian juga ia pernah bekerja di surat kabar
Republika, sehingga sampai sekarang pengaruhnya terhadap pemberitaan Syi’ah
masih menyudutkan Ahlus Sunnah, membela Iran dan sekutu-sekutu Syi’ahnya, dan
melakukan taqiyah dalam pemberitaannya.
Haidar Bagir lahir di Solo, 20 Februari 1957 ini adalah
alumnus Teknologi Industri ITB 1982 dan mengenyam pendidikan pasca sarjana di
Pusat Studi Timur Tengah Harvard University, AS 1990-1992, dan S-3 Jurusan
Filsafat Universitas Indonesia (UI) dengan riset selama setahun (2000 – 2001)
di Departemen Sejarah dan Filsafat Sains, Indiana University, Bloomington, AS.
Sejak awal 2003, dia mendapat kepercayaan sebagai Ketua Yayasan Madina Ilmu
yang mengelola Sekolah Tinggi Madina Ilmu yang berlokasi di Depok.
Di antara pengalaman pekerjaan lainnya, menjadi direktur
utama GUIDE (Gudwah Islamic Digital Edutainment) Jakarta, ketua Pusat Kajian
Tasawuf Positif IIMaN, Ketua Badan Pendiri YASMIN (Yayasan Imdad Mustadh’afin),
staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Madina Ilmu (1998), staf pengajar
Jurusan Filsafat Universitas Indonesia (1996), dan staf pengajar Jurusan
Filsafat Universitas Paramadina Mulya, Jakarta (1997).
4. DR. Khalid Al Walid,
MA
Ketua Majelis Ulama Indonesia Pusat KH. Cholil Ridwan,
menjelaskan bahwa organisasinya melakukan evaluasi atas dugaan adanya seorang
tokoh Syiah dalam kepengurusan MUI pusat. Hal ini mengemuka setelah tokoh
tersebut datang ke Sampang atas nama MUI pusat, mendesak dicabutnya fatwa sesat
Syiah dari MUI Jatim.
Pengurus MUI yang terindikasi sebagai penganut Syiah adalah
DR. Khalid Al-Walid. Ia adalah alumnus dari Hawzah Ilmiah Qom, yang judul
desertasinya di UIN Syarif Hidayatullah adalah “Pandangan Eskatologi Mulla
Shadra”.
Saat disertasinya diuji oleh tim penguji dari UIN Syarif
Hidayatullah, Prof. DR. Azyumardi Azra pada Tahun 2008 lalu. Tiba di bagian
akhir acara, Azyumardi bertanya, “Apakah Anda penganut mazhab Syi’ah? Jangan
salah duga”. Tanyanya.
“Saya akan bangga bila UIN berhasil meluluskan seorang
doktor Syiah, karena menjadi bukti nyata bahwa lembaga ini menjunjung tinggi
pluralisme dan toleransi antar mazhab Islam,” lanjut Direktur Pascasarjana UIN
tersebut.
Khalid Al Walid saat itu menjawab, “Eh… Saya sama dengan Pak
Haidar,” jawabnya berdiplomasi seraya menunjuk DR. Haidar Bagir yang duduk di
samping Prof. DR. Mulyadhi Kartanegara yang menjadi pembimbing disertasi Khalid
Al Walid. Sebagaimana diketahui, Haidar Bagir adalah tokoh Syiah di Indonesia
dan selalu membela berbagai kepentingan Syiah.
Selain itu, DR Khalid Al Walid juga menjabat sebagi dewan
syuro Ahlul Bait Indonesia (ABI), ormas lokomotif kelompok
syiah di Indonesia.
Dalam daftar pengurus MUI yang tercantum dalam situs
resminya, tercantum nama Dr. H. Khalid al-Walid, M.Ag yang menjabat sebagai
Wakil Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Pusat.
5. Muhsin Labib
5. Muhsin Labib
Labib adalah Dosen Filsafat di UIN Syarif Hidayatullah yang
merupakan lulusan Muhsin Qum Iran. Ia menulis banyak buku tentang Syiah dan
menjadi pembela Syi’ah Imamiyah di berbagai kesempatan.
Di antara buku-bukunya adalah Ahmadinejad: David di
Tengah Angkara Goliath, Husain Sang Ksatria Langit, Kamus Shalat, Gelegar Gaza,
Primbon Islam, Goodbye Bush,dan lainnya.
Muhsin Labib pernah mengatakan, “Orang yang anti Syiah
adalah orang yang esktrimis dan menjadi ancaman bagi negara Republik
Indonesia.”
6. Penyanyi Haddad Alwi
Dia adalah penyanyi yang cukup terkenal yang biasa
berduet dengan biduanita Sulis. Salah satu lagunya yang berjudul Ya Thoyibah,
diubah liriknya dalam bahasa Arab dan berisi pujian pada Ali bin Abi Thalib
secara berlebihan.
Hadad Alwi turut mengunjungi korban konflik sosial syiah di
Sampang Madura 29 September 2012. Dia memberi motifasi dan dukungan kepada para
pengungsi syiah.
Sementara, kalau nyanyiannya itu seperti Ya Thoybah, tidak
mudah diidentifikasi oleh orang awam kebanyakan, sehingga orang tidak mudah
untuk menyalahkannya. Karena dia berbahasa Arab, menyebut nama Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu menyebut
Al-Quran dan sebagainya. Padahal, nyanyian Ya Thoybah itu justru isinya
berbahaya bagi Islam, karena ghuluw (berlebih-lebihan) dalam memuji Ali bin Abi
Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Berikut ini kutipan bait yang ghuluw dari nyanyian Ya
Thoybah (wahai Sang Penawar): Ya ‘Aliyya bna Abii Thoolib Minkum mashdarul
mawaahib. Artinya: “Wahai Ali bin Abi Thalib, darimulah sumber
keutamaan-keutamaan (anugerah-anugerah atau bakat-bakat).”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar